Penyebab keguguran berulang dan cara pencegahannya

Oct 23, 2010 by

Kebanyakan perempuan yang pernah mengalami keguguran satu kali biasanya akan mampu memelihara kehamilan yang berikutnya. Namun, 1 persen dari perempuan hamil akan mengalami keguguran berulang sebanyak tiga kali atau lebih. Penyebabnya jarang sekali diketahui sehingga hal ini menyebabkan perempuan merasa sedih dan frustrasi. Sudah begitu, tak semua dokter kandungan menawarkan perawatan yang benar-benar dibutuhkan.

Seorang wanita dapat didefinisikan mengalami keguguran berulang bila mengalami keguguran sebanyak tiga kali atau lebih secara berturut-turut pada usia kehamilan kurang dari 24 minggu. Secara epidemiologi, angka kejadian keguguran berulang mencapai satu hingga dua persen dari populasi.

kebanyak pasien  kecewa dengan cara dokter mengatasi keguguran berulang, karena keguguran tidak dipandang sebagai kondisi yang serius. Kebanyakan dari  mereka  tidak menyarankan untuk melakukan rangkaian pemeriksaan,  yang ada  malah melakukan tes yang tidak perlu. Penelitian menunjukkan bahwa sekitar 90 persen dari keguguran berulang disebabkan oleh kondisi yang bisa didiagnosis.

Jika keguguran telah terjadi tiga kali, harus dilakukan pemeriksaan khusus untuk si pasien, saat ini muncul bukti-bukti bahwa masalah tiroid, penyakit seliak (kelainan yang menyebabkan usus tidak mampu menyerap nutrisi), dan sindrom ovarium polikistik (kelainan endokrin pada sistem reproduksi wanita) bisa menjadi faktor yang menyebabkan keguguran.

Keguguran yang terjadi pada fase janin awal dan lanjut (terjadi di usia kehamilan 12-24 minggu) banyak dikaitkan dengan kelainan sindrom antifosfolipid dan trombofilia. Ini adalah keadaan saat darah mengalami pembekuan secara berlebihan dan menyebabkan gangguan aliran pada pembuluh darah.

Diperkirakan, sebanyak 7-25 persen penderita keguguran berulang mengalami sindrom darah kental. “Bekuan darah akan menutupi saluran darah ke plasenta yang memberi makanan ke janin. Hal ini akan mengancam sirkulasi nutrisi dan oksigen ke janin, dan perubahan fisiologis saat kehamilan sendiri akan mengakibatkan sedikit peningkatan kekentalan darah. Namun, sindrom darah kental juga bisa terjadi karena genetis (keturunan), stres tinggi, merokok, dan karena ada reaksi autoimun. Untuk mengetahui kemungkinan “bakat” kekentalan darah, kita bisa menjalani tes kekentalan darah.

Untuk mengatasi kondisi darah kental, biasanya dokter akan memberikan heparin (anti-bekuan darah) pada ibu hamil. Suntikan heparin ini harus dilakukan setiap hari untuk menekan aktivitas keping-keping darah dan trombosit. Sebaiknya Heparin diberikan sesegera mungkin, terutama bila ada riwayat kematian janin saat kehamilan trisemester akhir.

Selain sebagai pengencer darah, penelitian menunjukkan bahwa heparin juga memiliki efek menghambat pengikatan antibodi antifosfolipid, memicu terjadinya anti radang, dan memfasilitasi proses implantasi plasenta.

Related Posts

Share This